Tuesday 1 December 2015

Tak Ada Bukti Bahwa Lemak Buruk Untuk Anda

No comments :
Ironi besar dalam semua ini adalah bahwa fakta sama sekali tak ada bukti ilmiah untuk mendukung ide bahwa diet rendah-lemak turut berperan dalam, baik penurunan berat badan maupun kesehatan prima. Mungkin ini sulit dipercaya, sebab ide yang sebaliknya sudah mengakar begitu kuatnya dalam budaya kita. Bagaimanapun, fakta ini benar. Coba cermati studi berikut ini.
Pertimbangan data tentang kaitan antara diet berkadar lemak tinggi dan penyakit jantung. Kita semua tahu bahwa diet berkadar lemak tinggi menyebabkan penyakit jantung. Kita telah diajari bahwa mengonsumsi lemak meningkatkan kolesterol dan kolesterol tinggi menyebabkan serangan jantung. Dari informasi ini, kita menyimpulkan bahwa mengurangi lemak dalam makanan kita akan menyebabkan berkurangnya serangan jantung. Meskipun kematian yang diakibatkan oleh penyakit jantung ternyata tidak berkurang. Statistik yang dimiliki Asosiasi Jantung Amerika menunjukkan bahwa antara 1979 dan 1996, prosedur medis untuk penyakit jantung berkembang dari 1,2 juta menjadi 5,4 juta. Penyakit jantung tidak berkurang seiring diet rendah lemak yang diadopsi masyarakat Amerika. Kita hanya menjadi lebih baik dalam memperlakukan penyakit jantung begitu kita terkena.
Satu proyek terkenal lain, Study Lyon Heart, harus dihentikan sebelum waktunya karena mereka yang mengonsumsi diet rendah lemak ala Asosiasi Jantung Amerika Serikat, sementara mereka yang mengonsumsi diet berkadar lemak tinggi ala Mediterania, termasuk minyak zaitun, zaitun, kacang-kacangan, avokad, dan ikan, tidak mengalami masalah apa-apa.
Satu studi yang lebih mutakhir menemukan bahwa lebih dari sepuluh tahun praktik gaya hidup sehat pada populasi manula (70 hingga 90 tahunan), termasuk diet berkadar lemak tinggi alam Mediterania, kegiatan fisik sedang, tidak merokok, dan tidak mengonsumsi alkohol, dihubungkan dengan hampir 70% penurunan kematian dari penyebab apa pun.
Satu contoh yang nyaris mustahil untuk bisa dipercaya adalah Studi Kesehatan Harvard, yang melibatkan lebih dari 300.000 wanita yang dipelajari selama lebih dari sepuluh tahun, untuk menemukan apakah memang ada hubungan antara lemak dalam makanan dan penyakit jantung. Pemerintah A.S. menghabiskan hampir 100 juta dolar untuk studi tersebut, dengan harapan bisa membuktikan bahwa lemak dalam makanan memang pembunuh keji.
Studi tersebut pada akhirnya menemukan bahwa tak ada kaitan antara keduanya, tetapi pemerintah menolak mengubah kebijakan publi, yang telah dibangun di atas pandangan bahwa diet rendah lemak adalah cara yang lebih sehat bertahun-tahun sebelum studi tersebut selesai sempurna. Dr. Willet, ketua ilmuwan dan juru bicara proyek tersebut, bahkan mengumumkan di depan umum reaksi pemerintah tersebut sebagai “sarat skandal”, tetapi tak ada dampak yang muncul. Kebijakan publik untuk mengonsumsi makanan rendah lemak masih tertera di buku hingga hari ini, meskipun pandangan tersebut diadopsi tanpa ada bukti ilmiah secuil pun.
Bagian yang benar-benar tidak menguntungkan dari keputusan penuh skandal ini adalah fakta bahwa kebijakan A.S. pada makanan rendah lemak telah turut menyebabkan epidemi obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan bahkan penyakit yang berkaitan dengan kangker. Caranya? Dengan mendorong rakyat Amerika mengadopsi makan rendah lemak dan merekomendasikan pada Piramida Makanan USDA pada 1992 bahwa tidak apa-apa mengonsumsi enam hingga sebelas porsi sereal, nasi, roti, dan pasta sebagai ganti lemak. Pola makan semacam ini telah terbukti turut berperan dalam kondisi kesehatan yang fatal tersebut.

No comments :

Post a Comment